Assalamualaikum sahabat Religia smada.....
Bagaimana ni kabarnya? Mimin berharap semoga semuanya selalu dalam limpahan berkah dan lindungan Allah SWT.
Postingan kali ini berkaitan dengan Hari Raya Idul Adha 1437H. Seperti biasa, warga SMADA memperingati Idul Adha dengan sholat Ied dan penyembelihan hewan kurban. Kita melaksanakannya tepat pada hari senin tanggal 12 September 2016.
rangkaian acaranya dimulai dengan Sholat Ied berjamaah yang di Imami oleh Bapak Tumaji, dan khutbah dari Bapak Slamet Mintoadi. Setelah itu segera dilaksanaan penyembelihan hewan kurban yaitu 1 sapi dan 3 kambing. Danging kurban yang ada kami bagikan kepada warga SMADA dan masyarakat sekitar yang berhak mendapatkannya.
Berkurban merupakan salah satu tindakan yang kita teladani dari sebuah kisah perjalanan Nabi. Tentu ceritanya pun sudah sangat familiar. Ya, tentang kisah Nabi Ibrahim dan juga Ismail.
Kisah Nabi Ismail Disembelih Atas Perintah Allah
Ketika Ibrahim akhrinya mengunjungi Hajar dan Ismail kembali ke kota Mekkah setelah lama ia tinggalkan, Ismail telah beranjak dewasa. Saat itu pula, Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembeli puteranya yakni Ismail. Mengetahui jika mimpi seorang Nabi adalah benar, Ibrahim termenung memikirkan perintah Tuhannya yang sangat berat baginya. Namun, ia sadar sebagai utusan Allah, seberat apapun ujian yang ia dapat, ia harus melaksanakan perintah Tuhannya.
Allah berfirman: “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Ibrahim pun lantas menceritakan mimpi yang didapatkannya. Ibrahim berkata: “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Amat beruntung Ibrahim mempunyai anak Soleh seperti Ismail. Ia menjawab: “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Dengan penuh kebanggaan, Ibrahim memeluk Ismail dan berkata: “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Allah Maha Besar. Saat penyembelihan dimulai, tiba-tiba mukjizat datang dimana pedang/parang yang digunakan untuk memotong leher Ismail tiba-tiba saja tumpul. Ismail sempat mengira ayahnya tidak tega melakukan hal tersebut. Namun nyatanya, ketika diulangi parang itu tetap tumpul dan tidak berfungsi untuk memotong leher Ismail.
Dalam keadaan bingung karena gagal menyembelih anaknya, Wahyu Allah datang kepada Ibrahim: “Dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar.”
Sebagia ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan, Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih seekor Domba yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher puteranya tadi. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Kejadian tersebut menegaskan bahwa perintah penyembelihan Ismail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim dan Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada Allah. dan Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (sekitar pekarangan Ka’bah). Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata: “Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.” Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: “Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.” Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dari untaian cerita diatas, yang dapat kita teladani adalah cinta yag sejati hanyalah cinta pada Sang Illahi. Ketaqwaan kita kepada Allah tidak boleh diduakan dengan siapapun.
0 comments:
Post a Comment